Selasa, 02 Desember 2014

Al Haitham seorang ahli Ilmu Optik

Al Haitham dan Ilmu Optik

Al Haitham dilahirkan di Basrah dekat sungai Tigris dan mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan Ibnu Al Hasan Ibnu Haitham. Orang-orang Eropa atau Barat lebih mengenalnya dengan nama Al Hazen. Ia dilahirkan pada saat kebudayaan Islam mencapai zaman kejayaan, yaitu pada tahun 354 H (965 M). Zaman ketika gencarnya kegiatan akulturasi serta penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari Yunani, Romawi, Persia dan India. Buku-buku dan pendapat para filusuf terdahulu dijadikannya sebagai bahan studi dan perbandingan dalam melakukan penelitian.
Al Haitham banyak menulis karya ilmiah yang jumlahnya kurang lebih sebanyak 200 buku dalam bidang filsafat, logika, geometri dan fisika. Karya-karya besar tersebut diperoleh berkat kecerdasan otaknya, kerja keras dan ketekunan. Para sarjana Eropa (barat) yang telah mendalami hasil-hasil penelitiannya mengatakan: “Al Hazen telah mendahului Roger Bacon dalam beberapa hal.” Bukunya yang sangat terkenal adalah yang berjudul Al Manazir (kitab tentang cermin).
Al Haitham telah membantah teori yang dikemukakan Euclides dan Ptolemeus yang mengatakan bahwa “mata kita menerima bayangan dari objek dengan mengantarkan sinar tampak ke objek yang bersangkutan.” Dalam bukunya, Al Haitham telah membuktikan bahwa proses yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu:“Bukan sinar yang dilepaskan mata dan di terima oleh objek, tetapi bayangan objeklah yang diterima mata lalu diteruskan oleh lensa mata.”Teori inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan peralatan fotografi saat ini. 
Teori tentang susunan serta tingkatan sinar, pemantulan (refleksi) sinar, serta perbandingan antara kekuatan dan jarak sinar juga menjadi bahan penelitian Al Haitham. Ia mengadakan percobaan dengan sinar bulan atau sinar matahari serta menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana. Penelitian ini telah membuatnya menjadi orang pertama yang merintis penemuan di bidang optika.

Al Haitham juga telah meneliti fenomena “bianglala” yang disebabkan oleh refraksi (pembiasan) cahaya matahari di atmosfer bumi. Ia memperkirakan bahwa fenomena itu muncul ketika matahari berada pada ketinggian 19 derajat dari kaki langit atau ketika pagi/sore hari. Hasil temuannya ini hanya berselisih satu derajat dari perhitungan yang dilakukan saat ini, yaitu sebesar 18 derajat.
Al Haitham pernah mengatakan bahwa, “Sinar datang pada cermin bulat yang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik pusat cermin. Sinar datang dan sinar pantul terletak pada satu bidang.” Akan tetapi, saat ini kita lebih mengenal Snellius-lah sebagai nama dari hukum-hukum pemantulan ini.
Jika kita mengenal nama-nama bagian mata saat ini, berterimakasihlah pada jasa Al Haitham. Ia merupakan orang pertama yang mendapatkan gambaran cukup detail tentang struktur mata manusia. Istilah retina, kornea dan lainnya adalah nama-nama bagian mata yang berasal saduran bahasa Arab yang disampaikan Al Haitham.
Banyak teori dan hasil penelitian Al Haitham ternyata sesuai dengan perkembangan ilmu fisika sampai saat ini. Selain sebagai ilmuan besar, Al Haitham juga merupakan ulama yang berakhlak tinggi. Ia pernah berpesan:
Hidup manusia tidak akan memperoleh sesuatu yang lebih mendekatkan dirinya pada Allah Subhanahuwata’ala. selain dari kebenaran ilmu pengetahuan. Berikan jasa pada kenalanmu. Berikan pengetahuan pada yang bersedia menerimanya. Pertahankanlah kehormatan dirimu dan agamamu.
Fisikawan dan ulama besar lulusan Universitas Al Azhar ini telah tiada pada tahun 430 H (1038 M) dengan meninggalkan sumbangan besar bagi umat manusia. Semoga jejaknya akan terus menyulut api semangat fisikawan generasi selanjutnya untuk berkarya dan bertakwa kepada AllahSubhanahuwata’ala.
Sumber gambar: wikimedia.org, wiralodra.com, islamic-study.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar